Tanda Bahwa Atasan Anda adalah Seorang Pemimpin yang Buruk
Definisi dari pemimpin buruk tentu memiliki pandangan yang tidak sama pada setiap orang.
Namun jika kita berbicara mengenai kepemimpinan dalam suatu perusahaan, tujuan dari seorang pemimpin adalah menyediakan apa yang dibutuhkan bagi pegawai agar bisa maksimal dalam bekerja dan yang terpenting adalah mengembangkan sumber daya tersebut secara maksimal.
Hal yang perlu kita sadari adalah ketika karyawan tidak disediakan sarana pendukung seperti Pelatihan, Pengembangan skill pembaruan sistem, atau segala sumber daya yang dibutuhkan, hal yang bisa terjadi adalah adanya penurunan kualitas moral dalam bekerja.
Hal seperti bisa terjadi dalam bentuk hasil kerja yang tidak sesuai ekspektasi, ataupun menjadi tidak produktif.
Hal yang akan sangat disayangkan jika hal ini terjadi pada karyawan baru.
Yang semangat kerja ekpektasinya tinggi di awal namun hanya butuh dalam beberapa waktu saja produktivitas gairahnya menurun.
Salah satu faktor utama yang dapat memengaruhi hal ini adalah kualitas pemimpin yang buruk.
Karena bagaimanapun pemimpin dalam suatu perusahaan ibarat nakhoda kapal, kecepatan keselamatan kapal sangat tergantung pada nakhoda.
Begitupun pada suatu perusahaan, kualitas sumber daya kemajuan perusahaan akan sangat di pengaruhi oleh kepemimpinan.
Ciri Pemimpin Yang Buruk
Sebagai seorang personalia ataupun pemilik perusahaan, baiknya memahami beberapa Ciri pemimpin yang buruk dalam suatu perusahaan.
Dengan harapan, hal ini bisa dihindari atau dijadikan referensi untuk mencari solusi yang efektif, karena tidak banyak orang yang mempunyai kualitas untuk mengelola suatu perusahaan.
Manajer Yang Sombong
Dalam takaran tertentu, adanya kesombongan baik bagi karyawan ataupun seorang pemimpin dalam perusahaan harus dicegah atau dibenahi.
Dalam sudut pandang psikologi, hal ini bisa jadi merupakan suatu gangguan mental yang dikenal sebagai gangguan kepribadian Narsistik.
Hal ini sangat berbahaya, karena secara tidak sadar akan menjadi toxic bagi mental para karyawan secara keseluruhan.
Manajer seperti ini cenderung selalu merasa superior meremehkan orang lain, terutama karyawannya.
Hal ini bisa memperburuk mental karyawan menjadi tidak percaya diri down.
Tidak Menghargai Hasil kerja Bawahan
Hal ini kembali lagi mengenai pengelolaan kecerdasan emosional bagi seorang manajer. Manajer yang baik akan selalu mengapresiasi setiap perkembangan hasil kerja bawahannya.
Berbeda dengan pemimpin yang buruk, mereka tidak akan menghargai setiap improvement hasil kerja karyawan menganggap remeh karena kesombongannya.
Padahal, berdasarkan hasil penelitian mengenai pengelolaan sumber daya perusahaan membuktikan bahwa karyawan yang menerima apresiasi dari atasan cenderung lebih baik dari sisi produktivitas.
pengaruh pujian bagi seorang karyawan akan memengaruhi beberapa hal seperti:
- Meningkatnya produktivitas per individu
- Membangun rasa peduli antar divisu sebagai bagian dari tim
- Lebih loyal mempertahankan pekerjaan
- Menghasilkan kualitas yang disukai pasar
- Lebih fokus profesional dalam bekerja
Perlakuan Yang Kurang Tepat Terhadap Bawahan
Hal ini masih sering terjadi membutuhkan waktu untuk dirubah. Dalam hierarki organisasi dalam perusahaan, pemimpin yang buruk selalu memandang karyawan atau bawahan sebagai alat, beban perusahaan, di ibaratkan sebagai lebah pekerja.
Padahal, cara pandang pemimpin yang baik adalah setiap sumber daya adalah aset, terlebih lagi bawahan karena mereka adalah aset tidak terbatas yang bisa terus berkembang.
maka perlakuan dalam berupa perhatian terhadap mental kesejahteraan sangat perlu diperhatikan bagi manajer.
Pemimpin Otoriter
Salah satu pemimpin yang buruk adalah otoriter, bagaimanapun, sebuah perusahaan yang berpotensi untuk menjadi besar adalah perusahaan yang dinamis inovatif.
Inovasi dalam berbagai bidang diperlukan kreativitas, hal ini akan sulit terwujud jika pemimpin dalam sebuah perusahan selalu membatasi tidak percaya pada kemampuan bawahan.
Kesimpulan
Pemimpin yang buruk adalah yang tidak bisa mengakomodasi bawahannya agar saling percaya satu sama lain juga memberikan kesempatan untuk menjadi diri sendiri dalam mengambangkan potensi maksimal.